History Zeytin Pie

Dari Makkah Ke Pesta Tahun Baru


"Tiba-tiba ada yang mengorder pie bayam untuk pesta natal dan tahun baru di Jakarta. Aku gemetar merasa bingung dan tak ada persiapan apa-apa. Customer pertamaku belum pernah mencicipi pieku sebelumnya dan langsung yakin mengorder hanya melihat dari postingan tetangga di grup online."

History Zeytin Pie
Pagi hari di pelataran depan Masjidil Haram Makkah saat musim Haji 2011

Membuat kue sudah jadi kesenangan sejak kelas tiga SD. Sungguh menjadi kejutan yang tak terkira bila bahan-bahan yang diminta oleh resep bisa diolah menjadi makanan sungguhan yang bisa dimakan. Yang wujudnya bisa menjadi seperti yang dijual di toko. Kejutan di awal kali pertama ini lantas menjadi penyemangat untuk selanjutnya menjajal berbagai resep kue yang kala itu banyak dimuat di majalah wanita yang dibeli ibuku. Termasuk mulai mencoba resep turun menurun dari eyang.

Salah seorang eyangku yang tinggal di Semarang menikah dengan seorang Belanda. Beliau menurunkan banyak resep kukis dan keik pada saudara-saudaranya dan terus turun ke aku. Semua resep pake bahasa Belanda. Aku menterjemahkannya dengan melihat langsung bagaimana eyang, ibuku dan para tante membuat kukis dan keik ini dari waktu ke waktu. Setiap lebaran dan momen istimewa semua kukis dan panganan adalah hasil dapur sendiri. Setiap tamu dan siapa saja yang menikmati sajian dapur sendiri ini sangat banyak yang menyukainya dan memberi pujian. Terkenallah aneka panganan buatan eyangku ini. Namun, tak terbersit sedikit pun untuk menjadi produk dagangan sampai semua eyangku wafat.

Sejak berhasil membuat kue sendiri itu menjadi tonggak order bagiku untuk selalu membuat aneka kue lebaran sendiri di rumah. Ya sejak SD aku sudah bisa bikin aneka kukis, keik, dan roti. Semua kulakukan sendiri hanya mengikuti arahan resep saja dengan riang gembira. Ketika menikah pun kebiasaan bikin kue ini kian menjadi. Tapi lagi-lagi hanya untuk konsumsi keluarga dan para karib saja. Rasanya intuisi lidahku menjadi tajam alamiah karena sering membuat aneka panganan sendiri. Termasuk juga membeli produk lain untuk menjajal dan mengukur rasanya serta mengamati tampilannya. Ya, aku lebih banyak belajar otodidak dan kemudian baru menyempatkan ikut kursus singkat teknis membuat kue sesuai ilmunya.

Lahirnya Zeytin Pie ini sebenarnya tidak tiba-tiba bila menengok pengalaman dapur pembuatnya. Yang menjadi perhatian adalah mengapa pie yang dipilih untuk dikembangkan. Sejujurnya, awalnya juga tidak direncanakan untuk menjadi produk yang didagangkan. Semuanya mengalir halus saja hingga sampai eksis saat ini menjadi sebuah merek dagang dengan semua kelengkapan legalitas dan pasar yang kian meluas. Sertifikat pangan aman dan sertifikat halal dari MUI pun kudapat. Logo dan merek Zeytin Pie juga sudah didaftarkan ke Kemenkumham RI.

Bertemu Pie Bayam Pertama Kali

Berawal saat menjadi jamaah haji reguler 40 hari pada 2011. Selama  berada di kota Makkah Al Mukarromah aku berusaha memaksimalkan diri mendapatkan kebaikan dan pahala untuk beribadah selama mungkin di dalam Masjidil Haram. Hampir tiap hari meninggalkan maktab penginapan di kawasan Jarwal pada pukul tiga pagi dan berjalan kaki satu kilometer menuju ke Masjidil Haram. Keluar masjid minimal pukul delapan pagi dan sudah mulai muncul rasa lapar. Aku mencari toko yang menjual makanan ringan untuk mengganjal perut sebelum balik lagi ke maktab.

Zeytin Pie Di Republika.co.id
Zeytin Pie di Republika.co.id

Pagi itu aku memasuki area komersil di lantai dasar Hotel Hilton yang persis berada di depan Masjidil Haram. Masih banyak toko yang tutup. Dan ada satu outlet kue yang sudah buka. Kulihat di etalasenya dominan donat, croissant, dan roti lainnya. Aku cari yang tidak manis dan ada kandungan sayurnya. Mataku tertuju kepada satu-satunya pie yang dijual. Tertulis spinachpie. Di atasnya ditaruh rajangan buah zaitun hitam.

Selanjutnya, hampir 30 hari berada di kota Makkah ini aku menikmati pie ini tanpa bosan tiap
pagi. Bahkan saat melakukan ibadah umroh di tahun-tahun selanjutnya menikmati pie bayam ini menjadi ritual rutin tiap pagi harinya begitu keluar dari Masjidil Haram. Ya, pie bayam ini kemudian menjadi bagian yang lekat dari upaya ibadahku mendekatkan diri pada Ilahi Robbi. Kalau ke Makkah berarti juga menikmati pie bayam.

Pada Desember 2016 kerinduan pada Masjidil Haram memuncak. Rupanya tak hanya hati dan pikiran yang terpaut kesana. Lidah dan liurku ikut memanas pula. Segera terbayang pie bayam yang seolah menyongsongku begitu keluar dari pintu Masjidil Haram. Lalu aku berusaha mengingat persis bagaimana rasa pie itu. Otakku lantas merinci perkiraan bahan-bahan yang ada di dalamnya. Riset tentang pie bayam kulakukan untuk mendapatkan gambaran bagaimana cara membuatnya. Sejujurnya resep-resep yang sebagian besar kudapat dari wilayah Mediterania ini kurang memuaskanku. Aku berusaha mendekatkannya dengan pie bayam yang kunikmati di Makkah. Agar rinduku pun terpenuhi. Alhasil terbentuklah sebuah resep istimewa dari ujicoba beberapa kali.

Pie bayam pertama yang berhasil kubuat membuatku sangat berbahagia. Terlebih ketika mendapat acungan jempol dari suami dan anakku. Terutama aku percaya dengan selera lidah anakku yang juga piawai di dapur. Untuk menambah keyakinanku kubuat kembali pie bayam dan kuundang para tetangga untuk minum teh sore di rumah sambil menyajikan pie itu. Kujelaskan isi pie yang terutama terdiri dari bayam segar, buah zaitun, ayam, jamur, dan krim keju. Beberapa tetangga langsung menunjukkan wajah nano-nano membayangkan bayam segar dicampur sedemikian rupa. Diantaranya sudah ada yang langsung menolak dan mengatakan bahwa lidahnya kampung dan gak biasa dengan makanan asing yang aneh-aneh. Aku tertawa saja dan tetap mempersilahkannya untuk mencicipinya.

Di luar dugaan semua tetangga yang hadir sore itu mengatakan enak dan enak sekali. Termasuk yang tadinya menolak. Sejujurnya, aku juga tidak menyangka bakal dapat apresiasi seperti ini. Aku merasa sangat bahagia melihat para tetangga menyukai pie ini dan bisa memberikan pengalaman rasa baru pada mereka. Rasa bahagia ini sudah menjadi lebih dari cukup buatku. Diantara mereka ada yang memposting pie bayam ini di grup online. Sore itu terasa sangat ceria.

Bertemu Customer Pertama Kali

Tiba-tiba ada yang mengorder pie bayam untuk pesta natal dan tahun baru keluarganya di Jakarta. Sungguh, aku merasa gemetaran karena bingung dan merasa tidak punya persiapan apa-apa. Bengong. Mendiang Ibu Sondang menjadi customer pertamaku. Beliau belum pernah mencicipi pieku sebelumnya dan hanya melihat dari postingan tetangga di grup online. Langsung yakin dan mengordernya. Dan anehnya akupun menyanggupinya walau kebingungan sekali. Ibu Sondang selanjutnya menjadi customer sangat loyal.

Beliau selalu menyemangati dengan menjadi pembeli pertama setiap kali lahir varian pie baru. Caranya memberi masukan pun sangat lembut dan konstruktif. Bisa dipastikan tiap bulan beberapa kali selalu ada orderan dari beliau. Setiap kali pulang ke Medan pun oleh-oleh yang dibawanya adalah Zeytin Pie. Ibu Sondang wafat pada 2018 lalu karena kanker lambung. Sekalipun beliau tidak akan pernah tahu, namun aku selalu mencatat peran dan dukungannya dalam sejarah perjalanan Zeytin Pie. Aku membayangkan bila suatu saat membuka gerai, sebenarnya ingin kupersilahkan Ibu Sondang sebagai tamu kehormatan yang ikut meresmikannya. Rest In Peace Ibu Sondang Pasu Apriani Marpaung.

History usaha Zeytin Pie Depok
Ibu Sondang Marpaung (customer pertama Zeytin Pie) dan Pie Bayam Zaitun yang pertama kali dibuat serta pengembangan selanjutnya.

Customer kedua pun langsung muncul, Ibu Wuning Wikanti, tetanggaku yang ikut mencicipi pie bayam sore itu. Aku benar-benar surprised and excited ! Waktu itu menentukan harga pun masih bingung. Boro-boro nama merek juga belum ada. Aku deg-degan banget saat membuat semua orderan ini. Dan saking nervousnya aku lupa memasukkan buah zaitun ke dalam adonan isian pie bayam. Tambah bingung aku menentukan harganya. Tapi kedua customer pertamaku itu justru yang menenangkan dan menyemangatiku. Ini yang namanya rejeki itu bisa datang dari arah yang tak diduga.

Ihwal Nama Zeytin

Kata zeytin ini berasal dari bahasa Turki yang artinya zaitun. Buah yang disebut dalam AlQuran. Demi zaitun. Ini buah memiliki manfaat yang luar biasa. Aku ingin produk dan bisnis kueku ini bermanfaat bagi siapa saja yang menikmatinya, mengenalnya, dan bahkan yang belum mengenalnya. InsyaAllah bisnis ini dapat membawa ke surga, dan tidak hanya mendapat dunia saja. Kuputuskan memakai nama zeytin sebagai pengenal merek dagangku. Kali pertama melihat pie bayam di etalase itu adanya rajangan buah zaitun hitam di atas pie menjadi penanda memori yang sangat dalam. Ini menjadi sejarah juga asal usul dipilihnya nama Zeytin Pie. Selain juga karena semangat Konstantinopel asal bahasa zeytin ini mendorongku untuk selalu memiliki semangat pantang menyerah dan berdeterminasi tinggi untuk meraih harapan.

Perjalanan usaha history Zeytin Pie
Logo awal Zeytin Pie (kiri), dan logo Zeytin Pie saat ini (kanan)

Kejutan demi kejutan terus berdatangan yang kesemuanya mengarahkanku pada keputusan untuk mengembangkan kesukaanku membuat kue, terutama pie, ini menjadi bisnis yang lebih serius lagi. Seperti orderan yang datang pertama kali dari luar kota, yaitu dari Surabaya. Customernya belum pernah bertemu muka sama sekali dan hanya mengetahui produkku dari postingan di online. Namanya Ibu Katrin. Orderan ini dikirim ke rumah adiknya di BSD Tangerang hampir tengah malam karena akan dibawa ke Surabaya keesokan harinya dengan pesawat pertama. Terselip rasa gak percaya sekaligus bangga dengan apresiasi yang kudapatkan. Selanjutnya orderan seperti ini sering kudapatkan bahkan produkku sampai dibawa ke Eropa.

Aku berterima kasih juga pada customerku di Sidoarjo. Bapak Eka Djajanto yang mendorongku keras untuk mulai melakukan delivery antar kota. Aku mengkuatirkan produkku akan sampai di tempat penerima tidak dalam kondisi sempurna. Beliau meyakinkanku bahwa produkku harus tetap dicoba untuk bisa delivery antar kota. Maka, walau dengan ongkir lumayan mahal karena one day service beliau tetap mengordernya. Dan beberapa kali sudah kulakukan pengiriman antar kota dengan one day service dengan customer berbeda. Berharap bisa muncul jaringan Zeytin Pie di banyak kota sehingga tak perlu delivery mahal dan produk mudah diperoleh.

Aku pun tergabung dalam paguyuban pengusaha UMKM kota Depok. Menjadi binaan Pemerintah Kota Depok melalui Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Mendapatkan banyak pengarahan, pelatihan, dan fasilitas legalisasi produk serta kesempatan mengikuti expo dan arena pemasaran. Zeytin Pie pun menjadi salah satu produk andalan Kota Depok. Menjadi salah satu produk oleh-oleh dari Depok. Pihak pemerintah kota juga sering menjadikan Zeytin Pie untuk oleh-oleh tamunya.

Aku bak terhanyut di aliran sungai deras bening yang gak memberi kesempatan sedikit pun untuk bisa menepi. Aku hanya harus terus berusaha untuk tetap mengambang tidak tenggelam, berenang kuat, dan menghindari menabrak batu keras. Bahkan aku harus bisa berada di atas gelombang sungai deras ini. Terus berdoa, berharap, dan ihktiar keras agar perjalanan gelombang ini dan muaranya penuh kebaikan, manfaat, dan keberkahan. Aamiin